Posts

Teruslah hidup.

Satu dua napas menderu Berburu bersama waktu Dua empat langkah kaki seakan berlari Mengejar dentang jarum yang tak kunjung berhenti Debu dan pilu menguap bersama rindu Mengalahkan ilusi untuk bergelung bersamamu Simpul otak kusut Tubuh lelah bermandikan peluh Teriak suara manusia membahana Putih rapuh melayang di udara bersama raut wajah takutnya Kedua tangan itu bertaut bersama rasa indah yang membuncah Dawai napas yang bahagia bersama dengan semangkuk soto dan nasi hangat Lalu kembali lagi Bercengkrama dalam kotak sempit Itu lagi, itu lagi Batin seakan terguncang Namun asa, belum lagi duduk diam Masih ada sepuluh jari yang harus mengayun Hingga dentang itu berbunyi kembali Bersama senja Menutup lembar biru Membuka kelabu Kembali napas itu menderu Bersahut, mengharu biru Langkah itu tergesa lagi, Bukan untuk kembali membuka kehadiran Namun untuk membuktikan kepulangan Ada penantian Ada harapan Ada seutas senyum yang menawan Dari balik tingginya

#opinimas | Kenapa Masih Banyak Kendaraan Pribadi di Jakarta?

Image
New blog, new content! Kali ini aku mengusung konten yang berbeda namun sebelumnya pernah ada di blogku (yang sudah di banned sama negara). Ini tentang opini yang kuberi hashtag baru yaitu #opinimas Bahasan menarik yang diusung yaitu hal krusial yang selalu jadi beban masalah di Jakarta dan tidak akan pernah ada habisnya. Apa itu? Ya, sesuai judulnya kita akan bahas tentang kenapa sih kendaraan pribadi di Jakarta itu banyak dan semakin bertambah? (Pic source: Tempo.co) Coba untuk kamu penghuni Jakarta, gimana rasanya setiap pagi dan sore menghadapi macet? Tiap persimpangan, pertigaan, belokan, bahkan jalan bebas hambatan tak lagi menjadi bebas karena berjubelnya kendaraan. Apa rasanya harus bangun subuh untuk berangkat dan sampai rumah setelah isya? Waw nikmat! Saya termasuk pengguna transportasi umum di Jakarta terutama busway dan KRL. Lokasi saya tinggal lumayan jauh jika harus bepergian ke tempat-tempat penting. Busway sangat menjadi andalan saya, ditambah KRL jikalau

Selamat Tidur,

Jiwa yang lelah Mungkin waktunya kau terdiam Menghembuskan napasmu perlahan Menikmati pijatan dikala malam Ada waktunya kau kembali Mengejar mimpi pagi yang tak akan pernah pergi #nimspoemstory

Pulangmu, Aku

Image
Senjaku Jejakkan kakimu di pasir dingin itu Jangan biarkan alas kaki menopang ragumu Aku di sini Menuntun jemarimu untuk kembali Melukis mentari bersama jingga ini agar kau tetap hangat di esok pagi Senjaku Mungkin netraku tak selamanya menggebu Namun tempatmu pulang selalu satu, Aku #nimspoemstory