#opinimas | Kenapa Masih Banyak Kendaraan Pribadi di Jakarta?

New blog, new content!

Kali ini aku mengusung konten yang berbeda namun sebelumnya pernah ada di blogku (yang sudah di banned sama negara). Ini tentang opini yang kuberi hashtag baru yaitu #opinimas

Bahasan menarik yang diusung yaitu hal krusial yang selalu jadi beban masalah di Jakarta dan tidak akan pernah ada habisnya. Apa itu? Ya, sesuai judulnya kita akan bahas tentang kenapa sih kendaraan pribadi di Jakarta itu banyak dan semakin bertambah?


(Pic source: Tempo.co)


Coba untuk kamu penghuni Jakarta, gimana rasanya setiap pagi dan sore menghadapi macet? Tiap persimpangan, pertigaan, belokan, bahkan jalan bebas hambatan tak lagi menjadi bebas karena berjubelnya kendaraan. Apa rasanya harus bangun subuh untuk berangkat dan sampai rumah setelah isya? Waw nikmat!

Saya termasuk pengguna transportasi umum di Jakarta terutama busway dan KRL. Lokasi saya tinggal lumayan jauh jika harus bepergian ke tempat-tempat penting. Busway sangat menjadi andalan saya, ditambah KRL jikalau jarak tempuh memang sangat jauh. Tapi saya juga tidak mengatakan bahwa; 'Enak loh naik busway dan KRL'. Kenapa? Saya bohong kalau begitu.

Karena kondisinya adalah, saya hampir selalu menaiki busway atau KRL dengan kondisi yang penuh sesak (karena berangkat dan pulang menyamai orang kantoran). Jika hari itu mendapatkan tempat duduk atau busway yang saya naiki sepi, saya seperti sedang mendapat keajaiban.


(Pic source: advanstore)

Kenyataannya, naik kendaraan umum yang digadang-gadangkan pemerintah itu tidak senyaman yang diucapkan. Nggak macet? Di titik-titik tertentu tetap saja kalau harus menghadapi macet ya, busway akan berhenti. Mungkin KRL bisa menjawab masalah macet, namun untuk Anda yang sering menggunakan fasilitas KRL, pasti tahu betapa beringasnya kondisi KRL saat jam-jam rawan.

Sebenarnya program pemerintah cukup baik. Menurut data dari Kaori Nusantara Bulan november 2017 mencatat sebanyak 1.591 bus transjakarta dipoerasikan. Jumlah ini terhitung cukup banyak dimana penumpang per hari transjakarta dapat mencapai 486.000 orang (Kompas.com, (11/17)). Namun, dari segi kenyamanan harus mendapat perhatian. Biasanya kondektur bus sering menjejali penumpang padahal bus sudah berada dalam kondisi penuh. Terutama di sore hari menjelang maghrib. Sebenarnya ini masalah kita juga sebagai masyarakat yang cenderung tidak mau bersabar untuk menantikan bus selanjutnya. Namun terkadang bus selanjutnya itu masih terjebak kemacetan dan juga kondektur bus tidak dapat memberikan pengertian kepada para penumpang. Yang terjadi ialah desak-desakan, saling sikut antar penumpang, dan lebih parahnya lagi pelecehan.


(Pic source: liputan6.com)

KRL pun sama. Karena masyarakat kita beranggapan kereta selanjutnya akan datang lebih lama sehingga memaksa diri untuk menumpangi kereta yang sudah sangat full itu. Bahkan sampai tergencet di pintu masuk pun tak masalah selama mereka bisa pulang lebih awal.


(Pic source: kaorinusantara.or.id)

Nah balik lagi ke topik utama, kenapa kok justru akhirnya warga Jakarta lebih memilih naik mobil pribadi?

Jawabannya adalah: Nggak capek berdesakan ataupun berdiri.
Ini jawaban dari salah satu teman saya yang juga mengendarai mobilnya ke rumah sakit tempatnya bertugas. Karena toh jika lelah, mereka lelah di dalam mobil sendiri. Dimana bisa menghabiskan waktu membunuh kemacetan dengan berkaraoke ria, makan cemilan, ataupun sekedar berbincang dengan penumpang yang ia bawa. Jelas mereka lebih memilih hal demikian karena tidak harus desak-desakan, berdiri lama yang membuat betis pegal, atau menghirup beragam aroma yang tidak menyenangkan saat berada dalam transportasi umum. Namun ini bukan jawaban seluruh umat ya, karena saya ambil satu jawaban yang menurut saya paling mewakili.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kepemilikan mobil pribadi. Semua tergantung kenyamanan masing-masing individu dan kesadaran diri untuk membangun kota ini menjadi lebih baik. Jangan hanya sekedar menuntut janji apabila belum bisa menahan diri. Namun pemerintah juga jangan lengah karena telah menyediakan begitu banyak armada transportasi umum. Masih banyak pekerjaan rumah yang menanti terutama soal keamanan dan kenyamanan. Mungkin berkaca pada negeri dengan jumlah penduduk sebanyak penduduk ibukota dan memiliki sistem transportasi yang baik juga patut untuk diperhitungkan.

Oh iya, sebentar lagi LRT akan beroperasi. Semoga dapat menjadi solusi mengatasi kendaraan pribadi yang semakin menjamur di ibukota.

See you at #opinimas selanjutnya yaaaaa.

Regards,
Nimas Disri

Comments

Popular posts from this blog

Pulangmu, Aku

Selamat Tidur,